Perasaan-termasuk cinta-adalah aktifitas hati, sedangkan aktifitas hati ada yang dapat d kendalikan ada juga yang berada diluar kemampuan manusia untuk mengendalikannya. Nabi Muhammad saw. sendiri mengakui hal tersebut. Dalam kaitan dengan cita kepada istri-istrinya, beliau berusaha untuk bersikap adil dan mempersamakan mereka dalam berbagai hal, termasuk dalam hal cinta. Namun beliau mangakui tak mampu dan menyadari sepenuhnya bahwa tingkat cintanya kepada masing-masing istrinya berbeda-beda. Beliau bermunajat atau menyampaikan perasaannya kepada Allah, "Ya Allah, inilah (adil dalam bidang material) yang berada dalam batas kemampuanku. Janganlah tuntut aku manyangkut sesuatu yang berada di luar kemampuanku (cinta)."
Allah swt. mengakui aktifitas hati dan menyatakan dalam konteks keadilan cinta bahwa, sekali-kali kamu tidak dapat berlaku adil (dalam hal cinta) terhadap wanita-wanita(isteri-isterimu) walaupun kamu sangat berkeinginan (untuk berlaku adil). Karena itu, janganlah kamu cenderung sepenuh kecenderungan (kepada salah seorang diantara mereka) (QS.an-Nisaa [4]: 129. ini berarti Tuhan menoleransi sikap hati yang berbeda di luar kemampuan kontrol manusia. Namun demikian, ayat ini juga mengandung larangan memperturutkan kata hati yang masih dalam kemampuan seseorang untuk mengontrolnya.
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa cinta terhadap siapapun apabila sudah tidak dapat terbendung maka tidaklah mengakibatkan dosa, karena Allah tidak membebani seseorang kecuali yang berada dalam batas kemampuannya. (QS.al-Baqarah [2]: 286)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar